Menatap Matahari Dari Desa


Mendengar kata “desa” lalu apa yang Anda bayangkan? Mulai saat ini saya berharap kita bisa mendeskripsikan desa seluas mungkin dimana sebuah tempat yang bisa kita lakukan apa saja untuk menunjang kebutuhan masyarakat. Desa merupakan bagian kecil dari negara, jika dibangun dengan serius pada akhirnya masyarakat akan merasakan hasilnya. Pengembangan desa (rural development) merupakan langkah strategis dalam menciptakan kekuatan baru menjawab tantangan global.

Negara berperan penting mengkawal pembangunan desa. Alokasi dana APBN sudah jelas dirancang dalam UU Desa No.60 Tahun 2014 dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis. Bukan barang tidak mungkin lagi bagi pemerintah desa mengatur dan memanfaatkan kesempatan ini. Setidaknya desa harus mampu membuatmasterplan pembangunan dalam jangka panjang.

Mengingat AEC (Asean Economic Community) akan segera dimulai pada akhir tahun 2015 ini perlu adanya akselerasi pembangunan. Desa merupakan salah satu sasaran empukmenciptakan peradaban ekonomi baru. Terutama dari sektor pertanian dan pertambangan. Alasan klasik ketidakmampuan atas pengolahan potensi SDA lokal harus segera dihilangkan. Siap ataupun tidak siap permainan ekonomi global sudah di depan mata.

Tata kelola desa tentunya harus tetap mencakup tiga lingkup kebijakan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yaitu pembangunan ekonomi, pembangunan sosial, dan perlindungan lingkungan. Artinya, kebijakan pemerintah harus dikawal untuk memastikan bahwa pembangunan yang diselenggarakan tidak semata-mata untuk mendapat keuntungan kapital, tetapi juga dengan membangun kehidupan sosial dan memperhatikan kelestarian lingkungan. Dengan hal tersebut akan terbentuk masyarakat yang berkualitas sehingga pembangunan tidak stagnan kandas di tengah perjalanan.

Perdagangan Global

Indonesia menjadi salah satu negara yang mempunyai peran penting dalam perdagangan dunia. Sumber daya alamnya yang melimpah tak diragukan lagi telah membutakan masyarakat dunia. Terbukti sejak abad 17 kekayaan bumi pertiwi telah dijajah oleh bangsa luar, terutama bangsa Eropa. Merkantilisme memberikan dampak besar adanya intervensi suatu negara pada saat itu dalam mengatur perekonomiannya.

Desa sebagai pemasok kebutuhan (hinterland) memiliki peran penting atas kemajuan perdagangan. Komoditas penting setiap desa bisa dijadikan senjata untuk meningkatkan perekonomian desa. Penikatan perekonomian desa bisa direalisasikan dengan membentuk badan khusus, sebagaimana diatur pada UU Desa No.6 Tahun 2014 Pasal 87 dikatakan bahwa desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa atau BUM Desa. Badan ini bisa dibentuk melalui kesepakatan musyawarah desa dan dikelola dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan.

Pemerataan pembangunan infrastruktur nasional adalah kunci kemudahan distribusi komoditas daerah terutama dari desa. Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan daya beli masyarakat atas produk nasional. Harga pasar akan terbentuk dari akumulasi biaya produksi hingga distribusi. Tidak dipungkiri bahwa kelemahan produk lokal dibandingkan dengan produk luar berada pada selisih harga.

Di samping itu sorotan atas kualitas produk lokal tidak kalah penting. Proses produksi perlu dikawal mulai dari pengadaan bahan baku hingga standarisasi kualitas produk. Pembentukan sistem seperti ini perlu adanya sosialisasi yang masif terhadap masyarakat sehingga akan terbentuk usaha-usaha yang memiliki daya saing.

Tantangan ini harus segera dijawab, jalan pintas praktis merupakan solusinya, yaitu teknologi. Persebaran perkembangan teknologi kini bukan lagi hal baru, tetapi sayangnya masih dominan untuk daerah perkotaan. Desa sebagai potensi utama sumber daya alam seyogyanya bisa mandiri dalam mengolahnya. Teknologi akan membantu meringankan pekerjaan masyarakat sebagaimana fungsi dasarnya ditemukan sebagai terapan praktis pengetahuan untuk ruang lingkup tertentu (the practical application of knowledge especially in a particular area).

Kemampuan nasional dalam mandiri teknologi tidak diragukan lagi. Keseriusan pemerintah terwujud dengan adanya pemberian dana intensif kepada kaum intelektual untuk melakukan penelitian dalam pengembangan teknologi untuk diaplikasikan pada masyarakat. Anggaran penelitian di APBN di tahun 2015 meningkat yang dipicu kenaikan alokasi dana bantuan operasional perguruan tinggi negeri (BOPTN) mencapai Rp 4,55 triliunm Rp 1,4 triliun diantaranya untuk penelitian (jpnn.com).

Insinyur harapan

Terciptanya sebuah teknologi baru untuk percepatan pembangunan nasional melalui desa tergantung pada SDM yang ada. Mereka insinyur, bergelut dalam bidangengineering bukan hanya memperhatikan sisi teknik namun juga dari segi ekonomi atas sesuatu yang mereka kerjakan. Dengan demikian akan tercipta teknologi yang efektif dan efisien dan dapat digunakan langsung oleh masyarakat.

Produktivitas penelitian perguruan tinggi akan berpengaruh pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu sebagai sarana pendidikan pada prosesnya perguruan tinggi membentuk sarjana, yaitu generasi baru harapan kemajuan bangsa. Insinyur adalah salah satu hasilnya, mereka akan mengkawal penerapan teknologi dan membuat teknologi baru untuk masyarakat. Perguruan tinggi menjadi poros utama menggembleng kualitas mahasiswanya.

Nilai pengabdian adalah hal wajib dalam jiwa mahasiswa. Setidaknya kemampuannya berperan sebagai kaum intelektual muda mereka mainkan sejak mahasiswa. Bukan menjadi budak industri melainkan mampu menopang kebutuhan industri dan menciptakan industri baru untuk kesejahteraan masyarakat.
"Insinyur (sarjana) yang bekerja pada orang lain itu (masuk dalam golongan) proletar. Karena ia menjual tenaganya (kepada orang lain) dan alat alat produksi yang dia gunakan untuk bekerja bukan menjadi hak miliknya".
(Ir. Soekarno)
Membangun bangsa tidaklah mudah, membangunnya ibarat mengumpulkan butiran pasir, para sarjana (insinyur) bisa jadi butiran pasir itu. Jika setiap butiran pasir itu berkualitas maka akan 

menghasilkan beton yang berkualitas pula. Berangkat dari desa untuk membangun bangsa, setidaknya para sarjana menjadi penggerak perubahan baru, penggali potensi sumber daya untuk masyarakat, pemberi cahaya harapan, matahari bangsa.

"Semangat Bangun Desa, Bangun Indonesia" (Source)

Tidak ada komentar untuk "Menatap Matahari Dari Desa"